Di tuturkan

Kau menjalin hubungan dengan seseorang yang ternyata kakak kelas SMA mu dulu. Sebulan sebelum kau menjalani hubungan ini, kau sedang menggosok-gosokan ibu jari pada layar telepon genggam, menggosok ke kanan berarti “ya” dan ke kiri berarti “tidak”, begitulah cara kerja aplikasi pencari jodoh yang direkomendasikan oleh teman satu kontrakanmu. Namanya Windi, Kau melihat fotonya di layar telepon genggam, Kau tak pernah menyadari kalau ia ternyata cantik, kemudian kau gosok ke arah kanan, dan muncul sebuah teks bertulis “It’s a match!” Kau dan Windi bertemu di ruang obrolan; membicarakan pertemuan insidental kalian, membicarakan intensi kalian masing-masing, membicarakan kehidupan kalian masing–masing sekarang, membicarakan yang telah kalian lewati sewaktu SMA dulu.

Satu minggu setelah pertemuan kau dan Windi di aplikasi pencari jodoh, kau mengajak Windi pergi berkencan untuk menyatakan perasaan kau kepadanya. Memang agak terlalu cepat, tetapi entah apa yang membuat kau yakin, kau menyatakan perasaanmu kepadanya; dan Windi menerimamu sebagai pacarnya.

Tujuh tahun sebelum kau menjalani hubungan dengan Windi. Di kedai yang berseberangan dengan sekolah kalian, Windi sedang duduk menunggu kau berjalan meninggalkan gerbang sekolah. Dengan jaket biru muda bergambar macan puma berwarna kuning dan merah muda terjepit ransel di punggung, sambil mengibaskan poni yang sealis, kau melewati kedai tempat ia menunggu untuk dapat melihat kebiasaanmu itu. Kau tidak pernah menyadarinya, saat itu kau berpacaran dengan Mia; teman satu kelasnya yang kelak akan menjadi saudara iparnya karena kakak Mia menikah dengan kakaknya.

Tiga bulan kau menjalin hubungan dengan Windi, kau baru diberitahu olehnya bahwa selama ini Windi tidak pernah betul-betul melajang. Selama kalian menjalin hubungan, Windi sedang melakukan kebiasaannya dengan pacarnya sedari sekolah menengah atas; kegiatan putus–nyambung. Mendengar penjelasan ini dari Windi, kau tidak merasa kecewa atau bahkan marah.

Setengah jam sebelum Windi pulang dari tempat kerja dan mengatakan pada kau tentang kebiasaan putus–nyambung dengan pacarnya sedari SMA. Kau sedang duduk di ruang tengah kontrakannya menikmati secangkir kopi dan sebatang rokok kretek filter bersama Rendi sembari menunggu ia pulang. Windi kini tinggal bersama adiknya Rendi dan Mia. Rendi adalah teman satu angkatan sekolahmu. Dan Mia; saudara iparnya yang adalah mantan pacarmu sewaktu sekolah. Rendi berpamitan padamu untuk pergi menemui teman-temannya di kedai kopi; kau rasa Rendi akan terjaga semalaman penuh melihat banyaknya kopi yang ia minum malam ini. Kini kau sendirian di ruang tengah. Kau duduk termenung, mengintip beberapa batang rokok kretek filter yang bersembunyi di saku kemeja yang kau pakai. Saat kau hendak menarik satu batang rokok kretek filter yang bersembunyi, Mia keluar dari kamarnya, berjalan dari depan pintu kamarnya menuju kamar mandi. Kau tidak tahu jika Mia sedang ada di rumah, ia terhenti di ruang tengah; dengan kaus tipis berwarna putih ia memandangmu saat berdiri di ruang tengah. Kau memandangnya, menaruh kembali rokok kretek filter ke tempat persembunyiannya kemudian menghampiri Mia yang sedang berdiri, Mia menarikmu ke kamar mandi. Kalian melakukannya; lagi.