Mungkin Puisi


Puisi Paling Serius

kabar mantri menghamili pasiennya
disyukuri banyak orang
boleh maklum mereka memang pasutri

Arcamanik, Nopember 2021

Kala Kabut I

hari itu Hari Raya Para Pezina
bagianku menenggak cairan
dari botol-botol kemaluan
yang liar dan bau anyir!

tuhan, kaukah itu
di balik cangcut merah jambu?
ke situkah aku harus menuju?

maka diijinkanlah aku sekali lagi
menghirup candu yang semu
kesenangan purba yang mudah lupa
lalu berulang tanpa kesopanan
padahal aku cukup tahu
tapi aku selesaikan juga itu dosa

hari itu sekali lagi aku menari
di atas penderitaan jiwaku
sambil masih mencari
dusta mana lagi yang aku bisa nikmati?

Jakarta, Desember 2021

Kala Kabut II

bukan kebetulan
tiba-tiba perempuan
mengajakku terbenam
dalam kelas-kelas rohani
yang menjijikkan

di ruang pengap itu
corong-corong bercahaya
membeberkan keharaman
dan najisnya pikiranku

susah payah aku bertahan
sampai akhirnya aku nyadar
aku sengaja dijebak!
dibikin luluh-lantak!
kalah telak!

di akhir kelas
aku lemas lelah
masih lapar dan haus

satu hal lagi aku nyadar
aku sudah kalah
bahkan sebelum aku menuliskan namaku
di lembar antrian
nunggu giliran kena tampar!

Arcamanik, Desember 2021

Kala Kabut III

lelaki berlidah al kitab
memuntahkan liurnya
ke sumsum jiwaku
jadi syair
jadi lagu
jadi syiar
jadi mati
jadi tumbuh

sebentar lagi dini hari
di mana perempuan
menjelma jadi sejati
dan para lelaki kehilangan diri

biasanya aku tersungkur
bersuka-cita mencakar diri
menggali kubur sendiri

jadi benih
jadi akar
jadi batang
jadi daun
jadi utuh

Sindanglaya, Desember 2021

Pancuran Tetangga

tetangga depan rumahku
bikin taman dan pancuran
pada malam aku mati dan
lalu terjaga di taman yang lain,
dzikir air pancuran itu
memekak gendang telinga jiwaku

pagi harinya kami bertemu
pancuran itu bermohon maaf padaku
aku menangis sejadi-jadi, malu!
aku baru mati dua kali seminggu
sedang dia mati sepanjang waktu

Kuningan, Oktober 2021

Kematian dan Rasa Malu

wajah itu membelah dadaku
lidahnya pisau membocorkan lambungku
bisiknya merendahkan berhala-berhala
yang nyaman bertahta dalam dada

dia itu, Sobat
tidak sedang mencari penghasilan
dari diriku yang kelas rendahan
dia menyuapi bukan untuk aku kenyang
tapi biar aku sopan pada rasa lapar
dia menyusui bukan untuk aku hilang dahaga
tapi biar aku santun pada rasa haus

aku kabarkan padamu, begini:
"tak perlu kau cium tanganku,
tak akan menambah
rasa hormatku padamu!" katanya padaku
"hiburanku, kesungguhanmu mencintai
kematian dan rasa malu", katanya lagi

aku masih mengunyah kalimatnya
dia sudah melesat-merasuk-menyerapku!

Lab. Pangan, Pebruari 2022

Nunggu Dibesuk

Tuhan, sudikah mampir dulu
besuk aku sedang sendu

di tepi kolam air jenuh
tak nampak bayang wajah
entah lintasan hat mana bikin salah
kolam ini tak mungkin palsu
pastilah aku yang keruh

(ssst! Tuhan, jenguk aku!)

Bukit Arcamanik, April 2022

Api Misteri

-Untuk Kg Doddy Chandra

empat jam menuju fajar
kami ngaso di atas altar
dan dari ketinggian
kami lihat ada yang bangkit
mencari-cari istri
yang ia pikir ia miliki
ada pula yang mencari laba
padahal abai bersedekah siangnya

Kekasihku, kamu ngapain dong?

aku mencermati kakiku
sedang terbakar api apinya transparan, Beb!
mau protes tapi malu
karena kaki kadung membatu!

atas kesyukuran yang dicurahkan
maka mungkin aku dipanaskan
padahal sedang dibersihkan!

Arcamanik, Maret 2022

Pada Sebuah Serambi

-Dago Asri 2017

kami sekumpulan binatang
berhimpun membicarakan kemungkinan
ada yang belum yakin benar
samarkan kikuk dengan kelakar
tak lama kemudian dikabarkan
seseorang baru datang.
konon dia manusia
manusia betulan!

aku belum pernah lihat manusia
bisa ngerti bahasa kami: bahasa hutan!
dia juga manusia yang tidak basah
padahal kerja di laut dalam

nampak dari baris ketiga
manusia sungguhan itu
lebih beradab dari siapapun
bicara kebenaran runut dan haru biru
bikin aku terserak jadi abu
tapi dia dengan tekun dan syukur
kembali menyusun aku
menjadi bahan baku

Ciamis, 28 Maret 2022

Untuk Peladang Sejati


rasa malu adalah tertinggi
di antara rasa-rasa
beri aku benih malu itu, Tuan! tunjukkan cara tanamnya!
akan aku tanam di pasar-pasar di mimbar-mimbar
di ketiak para jendral
di pinggul-pinggul biduan
di sumsum jiwaku

aku ladangmu, Tuan!
semoga kau sudi memetik aku
dengan kedua hamparan tanganmu
yang berlumur cinta dan malu itu!

Sindanglaya, Januari 2022