Read next
Ia yang lapar, kenyang, dilupakan, tidak sedih dan pernah dilahirkan
Dengan duduk menghadap jendela yang besar dengan sinar matahari kuning yang masuk melalui kaca, Ia sadar ini sudah siang. Dengan setumpuk pekerjaan rumah, pekerjaan budaya, buku yang perlu dibaca dan pekerjaan universitas yang menanti untuk dikerjakan, Ia malah memilih memikirkan sang pujaan hatinya dan menu makan siang yang nikmat. Ia
Menari
Sore di sebuah trotoar kota kecil yang sibuk, Adnan menghentikan langkahnya setelah ia tiba di pusat kerumunan asing yang memucat dan gemetar.
“Waktunya telah tiba,” kata Adnan dalam hatinya riang.
Para ibu menceraikan bayinya tanpa sebotol asi dan setetes asa. Kekacauan meledak hebat dalam janin kehidupan. Tubuh Adnan tiba-tiba bergerak
Rona Merah
Sebuah lakon monolog.
Latar panggung seperti berada di sebuah kafe, memiliki satu kursi dan meja tunggal, tetapi ada latar jeruji besi di belakang. Lampu remang-remang, ada satu properti lilin kecil di atas meja. Keadaan baru masuk waktu senja. Aktor duduk di kursi sambil menopang dagu di atas meja dan kakinya